CERITA SEKS TERBARU | MENIKMATI MEME TANTE LINDA


CERITA SEKS TERBARU | CERITA DEWASA | CERITA SEKS ABG | TOPIKTERBARU. COM -  Masih ingat saya pembaca? Ya, saya Andi, umur 33 tahun, tinggi 160 cm, berat 50 kg, kulit sawo matang dan pernah mengirimkan pengalaman pribadi saya dengan judul "Rental Internet Favoritku". Terima kasih sebelumnya pada pengelola website RumahSeks atas termuatnya cerita saya itu.

*****

Kali ini adalah pengalaman sex saya dengan ABG yang masih SMU bernama Linda. Setelah saya mengirimkan cerita saya tersebut, saya mendapat email dari Linda yang katanya tertarik dengan pengalaman saya dan kebetulan dia sedang di Lombok dalam rangka liburan bersama keluarganya. Kami janjian lewat email bertemu pada bulan Oktober di sebuah rental internet di Mataram. Tentu saja pembaca, saya yang menentukan lokasinya di rental internet tersebut, karena hari itu saya masih harus membalas beberapa email yang ingin berkenalan denganku dan mencari tahu tentang pariwisata di Lombok.

Pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya ya.

"Selamat pagi, Om namanya Andi khan?"
"Ya, betul.. Ini Linda ya!" tanya saya kembali padanya.

Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikan Monas melihat cewek cantik ini.

"Gimana khabarnya?" tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk.
"Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok"
"Oh ya? Udah kemana aja Linda?"
"Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu"
"Terus Linda sekarang sama siapa?"
"Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel"
"Wah, asyik dong.."
"So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om"
"Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho" canda saya.
"Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda"

Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. 'Adik' saya sudah nggak bisa diam nich.

"Ceritanya Om Andi tuch asli khan?"
"Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi"
"Enak dong"
"Enak apanya Lin?" pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.

Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya..

"Gituannya lho.." jawabnya tersipu malu.
"Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?"
"Ya.. Hampir pernah"
"Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong"
"Siapa tahu Om bisa bantu" ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.

Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong.

"Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa"
"Janji dech" saya menunjukkan tanda victory padanya.
"Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa"
"Maksudnya.." tanyaku pura-pura blo'on padahal tahu maksudnya.
"Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan"
"Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini"
"Terus ngatasinya gimana dong Om"
"Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu"
"Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich"
"Linda mau Om bantuin?" tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
"Maksud Om..?"
"Ya.. Gimana caranya foreplay"
"Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang"
"Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk" jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
"Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu"
"Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku" rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
"Om.. Jangan.." celetuknya ragu dan canggung.
"Udah.. Atasnya doang kok, gimana?" tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
"Ja.. Ngan.. Om.. Geli.."
"Gimana rasanya Lin.."
"En.. Ak.. Sst.. Mmh"

Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat, jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras.

"Mmh.. Mmh.." gumam Linda. Beberapa menit kemudian..
"Udah.. Om.. Sst.. Udah.." tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
"Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho" goda saya tersenyum.
"Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini"
"Maunya Linda dimana?"
"Tempat yang sepi orangnya gitu"

Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya.

"Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang" usulku.
"Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om", jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
"Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi"

Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.

"Wah, di sini baru tenang nich" kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota.
"Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?"
"Mmh.. Gimana ya" Linda agak ragu kelihatannya.

Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si 'buyung' sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda.

"Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung" kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya.
"Linda mau lihat punya Om ya" Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
"Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya.." terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
"Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran" ujarku sambil mendekatinya.

Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya.

"Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda.." rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan.
"Terr.. us.. Om.. sst.. sst.." rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.

Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar.

"Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu.." Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah.
"Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst" celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
"Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh.." rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.

Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali.

"Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss"
"Gantian gimana Lin.." goda saya sambil telentang.
"Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya"
"Beres, nanti Om pakai kondom kok"
"Mmh.." Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
"Terr.. Us.. Lin.. Jilat.." perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.

Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu.

"U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich"
"Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi.." celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
"Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu"

Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset.

"Aduh.. Om.. Pelan.. Dong" rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich.
"Lin tolong bantuin pegangin kontol Om"
"Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya"

Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras.

"Aduh Om sakit"
"Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok"
"Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst.."
"Gi.. Mana.. Lin.."
"E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst"
"Nahh.. Sst.. Gitu.."

Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lama semakin cepat.

"Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich" rintihnya tertahan.
"Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess.." jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
"Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh.." jerit Linda.

Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu.

"Trim's ya Lin, rasanya gimana?" tanya saya sambil mengecup pipinya.
"Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas"
"Gimana ML ama Om Andi Lin?" tanya saya sambil mencium pipinya.
"Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi" katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
"Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho"
"Okey, kapan ketemu lagi?"
"Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho"
"Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?"
"Okey dech, seperti biasa ya" Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.

Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku.

"Kita kemana Om?"
"Bandara Selaparang"
"Ngapain ke sana?" tanyanya heran.
"Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu"
"Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om"
"Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda"
"Wah, terima kasih Om" jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he...

Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan.

"Mana hadiahnya Om?" tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya.
"Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren" selidik saya menunggu tanggapannya.
"Maksud Om?"
"Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?"
"Idih, si Om maunya.." jawab Linda sambil tersipu.

Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi.

"Teru.. Ss.. Lin.." perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu.
"Mmh.. Mmbmnb.." celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
"Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh.."

Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta.

"Ayo Om, jangan diliatin aja"
"Ya.." jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
"Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh.." katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.

Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya.

"Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst"
"Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst.." pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.

Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali.

"Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih.." rintihnya memohon pada saya.

Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugil di dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama.

"Pel.. Lan ya Om" kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu.
"Gimana Lin..?"
"Udah Om, sekarang aja" ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
"Arg.. Sst.. Mmh.." rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.

Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga Linda yang menggerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan meraih kenikmatannya sendiri.

"Om.. Sst.. kemot su.. sunya Linda.. Sst.. Mmh.."
"Mmh.. Mmh.."

Sambil menyodok vaginanya, saya menjilat, kadang mengulum kedua payudaranya bergantian. Posisi itu menimbulkan bunyi yang saya tirukan kira-kira ceplok.. ceplok.. Beradunya kontolku dalam vaginanya disertai rintihan dan jeritan kecil dari Linda membuat saya ingin segera memuntahkan lahar putih yang sudah dari tadi saya tahan.

"Ce.. Peet.. Sst.. Om.. Linda.. Mau kelu.. Ar.. Sstss.. aahh.." celotehnya meminta saya menyodoknya lebih cepat dan gerakan pinggulnya semakin cepat.
"Ya.. Lin.. Ayo.." jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot..
"Argh.. Ahh.." jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu.
"Ahh.." kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil.
"Trim's ya Lin" jawab saya sambil mencium keningnya.
"Sama-sama Om" jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat.

Malam itu kami habiskan dengan makan malam dan sebelum pulang ke hotel, Linda meminta sekali lagi 'pelajaran' pada saya di pinggir pantai Senggigi yang berpasir putih dan dalam cahaya bulan yang bersinar terang tapi tidak di dalam mobil. Sampai-sampai saya kewalahan menuruti berbagai macam gaya yang ingin dicobanya. Saya baru tahu bahwa ternyata Linda yang keturunan tionghoa yang masih ABG itu nafsu sexnya juga tinggi.

Selamat jalan Linda, semoga saja kamu puas jalan-jalan ke pulau Lombok. Nanti kalau jadi study tour SMU-nya ke Lombok lagi, bilang Om Andi saja ya, jangan lupa emailku, pasti akan kuantarkan teman-temannya juga.

*****

Bagi pembaca wanita yang ingin jalan-jalan ke pulau Lombok dengan pantai Senggigi yang berpasir putih dan ingin melihat Budaya Bali dan lombok, bisa menghubungi saya via email, nanti saya antarkan kemana saja, pokoknya ditanggung senang. Saya biasanya ke rental internet membaca email pada hari Senin ? Rabu. Ini adalah pengalaman aktual tanpa tambahan dan karangan yang berlebihan.


KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


CERITA DEWASA TERBARU - DIANA GADIS SMA TEMAN SEKS KU


CERITA SEKS TERBARU | CERITA DEWASA | CERITA SEKS ABG | KAPANKAH. COM Memori yang tak dapat kulupakan. Namaku Ray, aku bekerja di sebuah harian ibukota. Baiklah ceritanya begini...
"Mas Ray..., aahh..., mmhhaahh..., Aahh..." Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.
"aahh..., gila..., Ini nikmat sekali..." Teriakku.
Malam itu tanggal 2 Juni 1999 sekitar pukul 21.30. Aku di dalam mobilku sedang keliling-keliling kota Jakarta. Rencananya aku hendak meliput persiapan kampanye partai-partai yang katanya sudah ada di seputar HI. Aneh, kampanye resminya besok, tapi sudah banyak yang bercokol di putaran HI sejak malam ini. Kelihatannya mereka tidak mau kalah dengan partai-partai lain yang kemarin dan hari ini telah memanjat patung selamat datang, memasang bendera mereka di sana. Tercatat pp, PND, PBB, PKB, PAN dan PK telah berhasil. Dengan korban beberapa orang tentu saja. Entah apa yang dikejar mereka, para simpatisan itu. Kebanggaan? Atau sebuah ketololan. Kalau ternyata mereka tewas atau cedera, berartikah pengorbanan mereka? Apakah para ketua partai itu kenal sama mereka? Apakah pemimpin partai itu menghargai kenekadan mereka? Lho, kok aku bicara politik. Biarinlah. Macam-macam saja ulah mereka, maklumlah sudah saat kampanye terakhir
buat partai-partai di Jakarta ini.
Di depan kedutaan Inggris aku parkirkan mobilku, bersama banyak mobil lainnya. Memang aku lihat ada beberapa kelompok, masing-masing dengan bendera partai mereka dan atribut yang bermacam-macam. Aku keluarkan kartu persku, tergantung di leher. Juga Nikon, kawan baik yang menjadi sumber nafkahku. Aku mendekati kerumunan simpatisan partai. Bergabung dengan mereka. Berusaha mencari informasi dan momen-momen penting yang mungkin akan terjadi.
Saat itulah pandanganku bertemu dengan tatap mata seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Gadis itu memakai kaos partai yang mengaku reformis,---aku rahasiakan saja baiknya---yang telah dipotong sedikit bagian bawahnya, sehinggs seperti model tank top, sedangkan bawahannya memakai mini skirt berwarna putih. Di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Paling lincah, paling menarik.
"Mas, Mas wartawan ya?" katanya kepadaku.
"Iya".
"Wawancarai kita dong", Salah seorang temannya nyeletuk.
"Emang mau?".
"Tentu dong. Tapi photo kita dulu..."
Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Dengan lagak dan gaya masing-masing mereka berpose.
"Kenapa sudah ada di sini, sih? Bukankah ____ (nama partai) baru besok kampanyenya?".
"Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?".
"Memang akan terus di sini? Sampai pagi?".
"Iya, demi ____ (nama partai), kami rela begadang semalaman."
"Hebat."
"Mas di sini aja, Mas. Nanti pasti ada lagi yang ingin manjat tugu selamat datang." Kata gadis yang menarik perhatianku itu.
Aku pun duduk dekat mereka, berbincang tentang pemilu kali ini. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Mereka lumayan loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aku maklum, karena tahu latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu.
"Eh, nama kalian siapa?" Tanyaku, "Aku Ray."
"Saya Diana." Kata cewek manis itu, lalu teman-temannya yang lain pun menyebut nama. Kami terus bercakap-cakap, sambil minum teh botol yang dijual pedagang asongan.
Waktu terus berlalu. Beberapa kali aku meninggalkan mereka untuk mengejar sumber berita. Malam itu bundaran HI didatangi Kapolri yang meninjau dan 'menyerah' melihat massa yang telah bergerombol untuk pawai dan kampanye, karena jadwal resminya adalah pukul 06.00 - 18.00.
Saat aku kembali, gerombolan Diana masih ada di sana.
"Saya ke kantor dulu ya, memberikan kaset rekaman dan hasil photoku. Sampai ketemu." Pamitku.
"Eh, Mas, Mas Ray! Kantornya "x" (nama koranku), khan. Boleh saya menumpang?" Diana berteriak kepadaku.
"Kemana?"
"Rumah. Rumah saya di dekat situ juga."
"Boleh saja." Kataku, "Tapi katanya mau tetap di sini? Begadang?"
"Nggak deh. Ngantuk. Boleh ya? Gak ada yang mau ngantarin nih."
Aku pun mengangguk. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman.
Benar-benar kampanye, nih? Sama saja kejadian waktu meliput demontrasi mahasiswa dulu. Waktu teriak, ikutan teriak. Yang pacaran, ya pacaran. (Ini cuma sekedar nyentil, lho. Bukan menghujat. Angkat topi buat gerakan mahasiswa kita! Peace!)
Diana menggandengku. Aku melambai pada rekan-rekannya.
"Diana! Pulang lho! Jangan malah..." Teriak salah seorang temannya.
Diana cuma mengangkat tinjunya, tapi matanya kulihat mengedip.
Lalu kami pun menuju mobilku. Dengan lincah Diana telah duduk di sampingku. Mulutnya berkicau terus, bertanya-tanya mengenai profesiku. Aku menjawabnya dengan senang hati. Terkadang pun aku bertanya padanya. Dari situ aku tahu dia sekolah di sebuah SMA di daerah Bulungan, kelas 2. Tadi ikut-ikutan teman-temannya saja. Politik? Pusing ah mikirinnya.
Usianya baru 17 tahun, tapi tidak mendaftar pemilu tahun ini. Kami terus bercakap-cakap. Dia telah semakin akrab denganku.
"Kamu sudah punya pacar, belum?" Tanyaku.
"Sudah." Nadanya jadi lain, agak-agak sendu.
"Tidak ikut tadi?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Lagi marahan aja."
"Wah.., gawat nih."
"Biarin aja."
"Kenapa emangnya?"
"Dia ketangkap basah selingkuh dengan temanku, tapi tidak mengaku."
"Perang, dong?"
"Aku marah! Eh dia lebih galak."
"Dibalas lagi dong. Jangan didiemin aja."
"Gimana caranya?" Tanyanya polos.
"Kamu selingkuh juga." Jawabku asal-asalan.
"Bener?"
"Iya. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu."
"Lho, Mas sendiri cowok."
"Makanya, aku tak percaya sama cowok. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Hahaha."
Dia ikut tertawa.
Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Diana meminta satu rokokku. Anak ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah nemplok di dashboardku. Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.
Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Diana tak sadar, dia memejamkan mata, menikmati asap rokok yang mengepul dan keluar melalui jendela yang terbuka. Gadis ini benar-benar cantik. Rambutnya panjang. Tubuhnya indah. Dari baju kaosnya yang pendek, dapat kulihat putih mulus perutnya. Dadanya mengembang sempurna, tegak berisi.
Tanpa sadar penisku bereaksi.
Aku menyalakan tape mobilku. Diana memandangku saat sebuah lagu romantis terdengar.
"Mas, setelah ini mau kemana?"
"Pulang. Kemana lagi?"
"Kita ke pantai saja yuk. Aku suntuk nih." Katanya menghembuskan asap putih dari mulutnya.
"Ngapain"
"Lihat laut, ngedengerin ombak, ngapain aja deh. Aku males pulang jadinya. Selalu ingat Ipet, kalau aku sendirian."
"Ipet?"
"Pacarku."
"Oh. Tapi tadi katanya ngantuk?"
"Udah terbang bersama asap." Katanya, tubuhnya doyong ke arahku, melingkarkan lengan ke bahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.
"Bolehlah." Kataku, setelah berpikir kalau besok aku tidak harus pagi-pagi ke kantor. Jadi setelah mengantar materi yang kudapat kepada rekanku yang akan membuat beritanya, aku dan Diana menuju arah utara. Ancol! Mana lagi pantai di Jakarta ini.
Aku parkirkan mobil Kijangku di pinggir pantai Ancol. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Diana tadi. Sampai setengah jam kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yang ada di sampingku.
Tiba-tiba Diana mencium pipiku.
"Terima kasih, Mas Ray."
"Untuk apa?"
"Karena telah mau menemani Diana."
Aku hanya diam. Menatapnya. Dia pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar aku raih wajahnya, dengan sangat perlahan-lahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, aku cium bibirnya, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan bergetar, begitu juga dengan bibirnya. Aku tersenyum, dan ia pun tersenyum. Kami berciuman kembali. Saat hendak merebahkannya, setir mobil menghalang gerakan kami. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku cium kening Diana terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Diana terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara. Tanganku memegang dadanya, meremasnya dari balik kaos tipis dan bhnya.
Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang indah, besar, montok, kencang, dengan puting yang memerah. Tanganku membuka kaitan BH hitamnya. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras. Yang kiri lalu yang kanan.
"Mas Ray, kamu tau saja kelemahan saya, saya paling nggak tahan kalo dijilat susu saya..., aahh...".
Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya.
Terpampanglah jelas tubuh telanjang gadis itu. Celana dalamnya yang berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Kuciumi daerah hitam itu.
Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Diana
"Diana kamu udah pernah dijilatin itunya?"
"Belum..., kenapa?".
"Mau nyoba nggak?".
Diana mengangguk perlahan.
Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku buka celana dalamnya, dan mengarahkan mulutku ke kemaluan Diana yang bulunya lebat, kelentitnya yang memerah dan baunya yang khas. Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut klitorisnyana.
Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Diana
"sstt... Aahh!!!"
Aku terus beroperasi di situ
"aahh..., Mas Ray..., gila nikmat bener..., Gila..., saya baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini..., aahh..., saya nggak tahan nih..., udah deh..."
Lalu dengan tiba-tiba ia menarik kepalaku dan dengan tersenyum ia memandangku. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya membuka sabuk yang kupakai, lalu membuka zipper jins hitamku. Tangannya menggapai kemaluanku yang sudah menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan batang kemaluanku yang besar dan melengkung kedalam mulutnya.
"aahh..." Lenguhku
Kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum biasa, giginya beberapa kali menyakiti penisku.
"Aduh Diana, jangan kena gigi dong..., Sakit. Nanti lecet..."
Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya.
"Ohk!.., aduh Mas Ray, cuma bisa masuk seperempat..."
"Ya udah Diana, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak."
Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sudah mulai lembab dan agak basah. Lalu kupegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, kutekan lagi agak perlahan, kurasakan sulitnya kemaluanku menembus lubang kemaluannya.
Kudorong lagi perlahan, kuperhatikan wajah Diana dengan matanya yang tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah.
"sstt..., aahh..., Mas Ray, pelan-pelan ya masukkinnya, udah kerasa agak perih nih..."
Dan dengan perlahan tapi pasti kudesak terus batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Diana, aku berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang kemaluanku ke lubang vaginanyana. Aku sudah tidak sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong batang kemaluanku agak keras. Terdengar suara aneh. Aku lihat ke arah batang kemaluanku dan kemaluan Diana, tampak olehku batang kemaluanku baru setengah terbenam kedalam kemaluannya. Diana tersentak kaget.
"Aduh Mas Ray, suara apaan tuh?"
"Nggak apa-apa, sakit nggak?"
"Sedikit..."
"Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok..."
Dan kurasakan lubang kemaluan Diana sudah mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lend*r dalam kemaluan Diana sudah mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aku desakkan batang kemaluanku dengan cepat dan tiba-tiba agar Diana tidak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Diana seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara. "sshh..., sshh..."
Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual. Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa. Kutekan lagi batang kemaluanku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yang mengganjal, kuperhatikan batang kemaluanku, ternyata sudah masuk tiga perempat kedalam lubang kemaluan Diana.
Aku coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sudah mentok..., kesimpulannya, batang kemaluanku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam lubang kemaluan Diana. Dan Diana pun merasakannya.
"Aduh Mas Ray, udah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut saya udah kerasa agak negg nih, tapi nikmat…., aduh..., barangmu gede banget sih Mas Ray..."
Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Diana, ternyata lubang kemaluan Diana masih sempit, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Diana besar, panjang dan kekar. Lama kelamaan goyanganku sudah mulai teratur, perlahan tapi pasti, dan Diana pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang ke kiri, Diana goyang ke kanan, bila kutekan pantatku Diana pun menekan pantatnya.
Semua aku lakukan dengan sedikit hati-hati, karena aku sadar betapa besar batang kemaluanku untuk Diana, aku tidak mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Diana merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dengan erat.
Tubuh kami berkeringat dengan sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tidak peduli, kami sedang merasakan nikmat yang tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat.
"Aahh Mas Ray..., agak cepet lagi sedikit goyangnya..., saya kayaknya udah mau keluar nih..."
Diana mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat..., semakin erat..., tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingaku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku.
"Mas Ray..., aahh..., mmhhaahh..., Aahh..." Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.
"aahh..., gila..., Ini nikmat sekali..." Teriakku.
Baru kurasakan sekali ini lubang kemaluan bisa seperti ini. Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan, Tubuhku mengejang.
"Mas Ray..., cabut..., keluarin di luar..."
Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan
"aahh..., ahh..." Aku mengerang.
"Ngghh..., ngghh.."
Aku pegang batang kemaluanku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari batang kemaluanku.
Chrootth..., chrootthh..., crothh..., craatthh..., sebagian menyemprot wajah Diana, sebagian lagi ke payudaranya, ke dadanya, terakhir ke perut dan pusarnya.
Kami terkulai lemas berdua, sambil berpelukan.
"Mas Ray..., nikmat banget main sama kamu, rasanya beda sama kalo saya gituan sama Ipet. Enakan sama kamu. Kalau sama Ipet, saya tidak pernah orgasme, tapi baru sekali disetubuhi kamu, saya bisa sampai, barang kali karena barang kamu yang gede banget ya?" Katanya sambil membelai batangku yang masih tegang, namun tidak sekeras tadi.
"Saya nggak bakal lupa deh sama malam ini, saya akan inget terus malem ini, jadi kenangan manis saya"
Aku hanya tersenyum dengan lelah dan berkata "Iya Diana, saya juga, saya nggak bakal lupa".
Kami pun setelah itu menuju kostku, kembali memadu cinta. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Dan berjanji untuk bertemu lagi lain waktu.


KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Cerita seks mengintip istriku dipijat

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.
KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Cerita Dewasa | Tubuh mulus Mbak Lala, kakak iparku



Cerita Dewasa | Tubuh mulus Mbak Lala, kakak iparku Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan. Mau tidak mau, aku harus mencurahkan perhatian ekstra. Akibat dari tekanan pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia malam terutama jika weekend. Biasanya bareng teman sekantor aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di 'Manhattan', kadang di 'White House', dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan "beban". Maklum, aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di sana.

Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya...di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon

Setelah makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. "kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem", begitu alasan mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan...! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh...darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si "itong"-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga "itong" tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga "itong"-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh... betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

"Ndrew, mbak mau bicara sebentar", katanya, tegas sekali.
"Iya mbak.. kenapa", sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
"Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?" katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
"Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!"
"MMm.. maaf, mbak..", ujarku terbata-bata.
"Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan"
"Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!" bentak Mbak Lisa.
"Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi"
"Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak." Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH... "itong"-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan... Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan... tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh... sllrrpp... ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah "itong"-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya "itongku"-ku berhasil masuk. HH... hangat rasanya.. sempit.. tapi licin... seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott... ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

"Mmmhh... kok dicabut tititnya.." suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
"Gantian dong..aku juga pengen.."
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
"Wah.. celaka..", pikirku.
"Ketahuan, nich..." Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
"Kurang ajar kamu, Ndrew", makinya.
"KELUAR KAMU...!"

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser... malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa "itong"-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..

"Mbak Lala..jangan", pintaku sambil aku menarik tubuhku.
"Ndrew.." sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
"Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi."
"Terus, Mbak maunya apa?" taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
"Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi... Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh." Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

"SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh" Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
"Itilnya.. dong... Ndrew.. mm.. IYAA... AAHH... KENA AKU... AMPUUNN NDREEWW.."
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

"Mbak... mau keluar nih..." kataku.
Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts... srssrreett... ssrett... spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

"Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih..." pintanya.
Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.

Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
"Copot bajumu semua, Ndrew" perintahnya.
Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless... sshh...
"Aduhh... Ndrew... tititmu keras banget yah..." rintihnya.
"kok bisa kayak kayu sih...?"
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

"MMFF... SSHSHH.. AAIIHH... OUUGGHH... NDREEWW... MBAK KELUAARR... AAHHSSHH..."
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan...

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
"Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi.." pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
"SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh... oohh..." rintihnya.
"Masukin aja, yang... jangan siksa aku, pleeaassee..." rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr... ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

"Mbak.. udah keluar?", tanyaku.
"Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu... aku hampir sampaaii.." erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..

"NDREEWW... AKU KELUAARR... OOHH... SAYANG... MMHH... AAGGHH... UUFF...", Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

"Mbak.. aku mau muncrat nich.." kataku.
"Keluarin sayang... ayo sayang, keluarin di dalem... aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi..." pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott... jrroott... srroott..
"Mbaakk.. MBAAKK... OOGGHH... AKU MUNCRAT MBAAKK..." aku berteriak.
"Hmm.. ayo sayang... keluarkan semua... habiskan semua... nikmati, sayang... ayo... oohh... hangat... hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh..." desah Mbak Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

"Ndrew, makasih ya... kamu bisa melepaskan hasratku.." Mbak Lala tersenyum puas sekali..
"He-eh.. Mbak.. aku juga.." balasku.
"Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu."
"Waahh.. kurang ajar juga kau ya..." kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
"Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?"
"Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak." Jawabku.
"Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu" sahutnya.
"Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?" aku bertanya.
"Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?"
"Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny.." aku tersenyum.

Kami berpelukan dan akhirnya terlelap. Kulihat senyum tersungging di bibir Mbak Lalaku tersayang...
KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Linda Cewek Sexy Dari Bandung

Baiklah teman-teman kembali lagi area bugil akan menyajikan beberapa sekumpulan Foto "Linda Cewek Sexy Dari Bandung" dikalangan pria dewasa atau remaja zaman sekarang Foto Panas , Bugil , Naked Telanjang Hot dll. ini sangat dibutuhkan untuk menghilangkan jenuh baik disekolah maupun dikantor kerja.baiklah langsung saja simak foto atau gambar berikut..









KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Pelajar


Baiklah teman-teman kembali lagi area bugil akan menyajikan beberapa sekumpulan video "Pelajar" dikalangan pria dewasa atau remaja zaman sekarang Foto Panas , Bugil , Naked Telanjang Hot dll. ini sangat dibutuhkan untuk menghilangkan jenuh baik disekolah maupun dikantor kerja.baiklah langsung saja simak Video berikut..

Klik "SHOW" untuk Menonton


Download : Klik

KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Di Rekam Teman


Baiklah teman-teman kembali lagi area bugil akan menyajikan beberapa sekumpulan video "Di Rekam Teman" dikalangan pria dewasa atau remaja zaman sekarang Foto Panas , Bugil , Naked Telanjang Hot dll. ini sangat dibutuhkan untuk menghilangkan jenuh baik disekolah maupun dikantor kerja.baiklah langsung saja simak foto atau gambar berikut..

Klik "SHOW" untuk Menonton


Download : Klik

KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU